Header Ads

MUTU MANIKAM | “Semesta mempunyai ruang temu sendiri yang tak masuk akal Seperti takdir tuhan yang selalu manis dan pahit pada waktu yang tepat”


 MUTU MANIKAM

Berdesir kuat tiupan angin yang membelai kulitku

Membawa sebuah cerita yang baru

Mengalirkan ilustrasi pada sebuah ekspetasi yang semu

Menghiasi relung kalbu bagai sepoi angin lalu

Menghilangkan harapan yang telah ditunggu

 Kehilangan sososk yang kini dirindu

Sebuah konspirasi yang dapat dirindu qalbu

Tawanan yang sudah ditunggu tunggu dari dulu

Hancur lebur berkepeing keping

Tak tersisa walau hanya seujung kuku

Hati Lelah dengan keadaan yang selalu memburu

Hingga semuanya terasa sangat semu dalam rindu

Hilang segala harapan yang sudah ditunggu

Hadirkan segala rencana yang mengganggu

Bergerak bagai robot yang telah terdeteksi

Melupakan segala yang telah terencana

Menghardik segala ucapan yang mulia

Mengorbankan hati dan hidup yang indah

Laut nya yang tak punya garam

Hujan nya yang tak punya air

Dan matahari nya yang tak punya cahaya

Semburat cahaya kehidupan siap menyapa

Menanyakan segala peristiwa yang menantinya

Hidup dengan segala gangguan

Deretan rintangan menanti tuan

Tak mampu untuk menolak segala nya

Menguatkan Hasrat keingintahuan yang membuncah

Menghilangkan segala sifat amarah

Hadirkan segala keharmonisan yang indah

Hidup dengan tenang

“Semesta mempunyai ruang temu sendiri yang tak masuk akal

Seperti takdir tuhan yang selalu manis dan pahit pada waktu yang tepat”

 

kala ku menangis dengan senyuman

diriku dipandang seorang pecundang

mendoktrin orang untuk beralasan

untuk meninggalkan sebuah kewajiban

hidup kita tak sama teman

jangan ajari aku tentang perbedaan

akulah sebenarnya yang berbeda

menghinggapi dimensi waktu

yang entah sampai kapan berhenti dan terkunci

akulah yang berbeda kawan

berada di dalam jeruji besi

taka da yang bisa membukanya

karna akulah kuncinya

hidup dalam sebuah permainan

ku bangun benteng pertahanan

tak aka nada yang menghancurkan

akulah yang berbeda kawan

berbeda akal dan pikiran

musnah dalam kenangan

yang tak akan sampai pada kenyataan

 

“rasa memang tak dapat diterka, ada kalanya rasa menggebu tanpa bicara adapula waktu dimana rasa seolah tak pernah ada”


Karya:

Septi Nurhanisah, PP. Al-Iman Bulus

2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.